Bedah Film & Diskusi “Kembali Ke Titik”: Maknai Paham Radikal Terorisme

Bedah Film & Diskusi “Kembali Ke Titik”: Maknai Paham Radikal Terorisme

Jakarta (Humas MAN 9 Jakarta) — Baru-baru ini  bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional (20/5) yang bertema ‘Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat’  bertempat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia telah diselenggarakan kegiatan Bedah Film dan Diskusi ‘Kembali ke Titik’. Kegiatan ini terlaksana atas kerja sama Kementerian Agama, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Detasemen Khusus 88, serta Kepolisian RI. Acara bedah film dan diskusi dihadiri oleh kepala madrasah dan sekolah di wilayah DKI Jakarta. Hadir dari MAN 9 Jakarta Kepala Madrasah, Pramesti Indraningsih; Tinia, Wakahumas; dan Nurzanah, guru Bahasa Indonesia.

Mengawali sambutannya Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama RI yang diwakili oleh Kabag TU Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta, Nur Pawaidudin. mengatakan ”Moderasi beragama bukan hanya milik kemenag. Agar pehamanan terhadap agama tidak menjadi radikal, maka ada indikator untuk moderasi beragama,’’ Indikator yang dimaksud adalah  (1) Komitmen kebangsaan, muaranya NKRI harga mati. (2) Toleransi, kebebasan  kita dibatasi oleh kebebasan orang lain. (3) Penerimaan terhadap tradisi. (4) Hubungan keluarga, sakinah mawaddah wa rahmah. (5) Penyimpangan paham radikalisme melalui medsos.

Sementara itu menurut Prayogo Cahyono yang diwakili oleh staffnya megatakan keterlibatan paham ekstrimisme melalui media sosial. Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman kritis melalui literasi dan media siswa.

Peserta Bedah Film juga diajak menonton bersama Film  “Kembali ke Titik”.  Film ini menyoroti perjalanan seorang mantan narapidana terorisme, Masykur Hadi, setelah keluar dari penjara. Film yang disutradarai oleh Ridho Ristiyanto, menunjukkan bagaimana Hadi merenungkan  kesalahan masa lalunya dan bagaimana keluarganya, terutama istrinya, berperan dalam proses rehabilitas dan reintegrasi sosialnya.

Film ”Kembali ke Titik ” memberikan perspektif tentang bagaimana pendekatan keluarga, seperti yang dilakukan oleh istri Hadi dapat menjadi lebih efektif daripada pendekatan hukum atau penjara dalam membantu eks narapidana terorisme kembali ke masyarakat./nzh

Add a Comment

Your email address will not be published.