Khutbah Jum’at, 17 Februari 2023
oleh Bapak Kamil, S.Pd.I
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita semua nikmat Islam dan iman, sehingga bisa menunaikan kembali ibadah wajib dalam satu pekan sekali, yaitu Shalat Jum’at.
Shalawat dan salam mudah-mudahan terus mengalir dan membahana kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, Nabi terakhir yang Allah SWT utus sebagai rahmat bagi alam semesta.
Selanjutnya, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan Shalat Jum’at ini, untuk selalu memperkokoh dan memperkuat keimanan dan ketaqwaan, dengan cara meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT, dan menjauhi segala perbuatan yang bisa mengundang murka dari-Nya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak lain kecuali agar beribadah dan menyembah-Nya. Mereka yang enggan untuk beribadah telah keluar dari tujuan inti di balik diciptakannya manusia, yaitu beribadah. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi kita semua untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri kita perihal pentingnya ibadah.
Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya, “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS Adz-Dzariat, [51]: 56).
Dalam ayat yang lain yang berkaitan dengan hal ini, Allah SWT berfirman dalam QS At-Taubah [9]: 31 “Padahal mereka hanya disuruh untuk menyembahn Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan.”
Dua ayat di atas menjelaskan bahwa tujuan diciptakannya manusia tidak lain selain untuk beribadah kepada Allah SWT , tunduk pada perintah-Nya, dan menjauhi semua larangan-Nya Dengan demikian, semua ketentuan yang Allah SWT tetapkan merupakan suatu kewajiban yang tidak boleh manusia tinggalkan, karena semua itu adalah spirit dari ibadah kepada-Nya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Orang-orang yang sudah bisa melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan larangan itu dengan istiqamah disebut dengan orang yang sukses/beruntung (muflih).
Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya, “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusu’ dalam Shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barang siapa yang mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang yang melampaui batas. Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara shalatnya” (QS Al-Mu’minun [23]: 1-5).
Syekh Dr. Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili dalam tafsir Tafsir al-Munir, Juz X, halaman 18, memberikan penjelasan yang lebih luas perihal karakter di atas. Pertama, mu’minun adalah orang yang membenarkan Allah SWT dan apa yang diturunkan kepada rasul-Nya, baik berupa tauhid, kenabian, hari kebangkitan, dan hari pembalasan. Kedua, orang-orang yang khusuk (khasi’un) adalah orang yang merasa rendah dan hina di hadapan Allah, serta takut kepada-Nya. Ketiga, menjauhi yang tidak berguna (mu’ridun), yaitu orang-orang yang meninggalkan setiap sesuatu yang tidak memiliki nilai kebaikan sedikitpun, ia fokus mengerjakan kebaikan. Keempat, orang yang mengeluarkan zakat, baik berupa zakat wajib maupun sunnah, yang tujuan keduanya sama-sama untuk membersihkan harta. Dalam ayat di atas, Allah SWT menyebutkan zakat setelah khusyu’ dengan tujuan agar ketaatan seseorang bisa sempurna, dengan menjalakan ketaatan badaniyah (badan), berupa ibadah dengan khusu’ dan ketaatan maliyah (harta), berupa zakat. Kelima, menjaga kemaluan (hafizun li furujihim), yaitu orang-orang yang menjaga kemaluannya dari setiap sesuatu yang haram, baik berupa zina maupun bersenang-senang dengan yang lain. Keenam, menjaga amanat dan janji, baik kepada Allah SWT, seperti tuntutan-tuntutan syariat, maupun kepada manusia, seperti titipan harta, perjanjian dan lainnya. Ketujuh, orang yang menjaga Shalat, yaitu orang-orang yang melakukan Shalat sesuai dengan waktu masing-masing, dan selalu istiqamah di waktu-waktu tersebut.
Demikian khutbah tentang sukses dengan cara beribadah kepada Allah SWT pada siang hari ini. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua, serta bisa menjadi penyebab untuk meningkatkan ibadah, kesabaran, ketaqwaan, keimanan, dan menjauhi segala larangan.